Pemberdayaan Komunitas Kolektif melalui Collaborative Leadership Workshop

21 September 2022|Melani Wulandari dan Ajeng Anggraeni Putri

Tahun lalu, saya kehilangan anggota keluarga tersayang di Pakistan, kemudian ada masalah keluarga yang cukup pelik di sini. Melihat kembali dua kejadian tersebut dalam lokakarya kali ini, saya sadar bahwa saya tidak lagi menempatkan diri sebagai korban, namun saya mencari jalan keluar secara aktif untuk mengatasi masalah yang muncul.” Refleksi yang mendalam ini disampaikan oleh Sakina (*bukan nama yang sebenarnya), pengungsi asal Pakistan,  setelah mengikuti sesi pertama collaborative leadership yakni self managing leadership.

 

Collaborative Leadership Workshop merupakan kegiatan dua hari untuk peningkatan kapasitas perwakilan manajemen kelompok pengungsi (Refugee Led Initiatives/RLI) yang menjadi kolaborator JRS Community Empowerment team di tahun 2022. Peserta lokakarya yang memiliki status sebagai Pengungsi dari Luar Negeri berasal dari berbagai latar belakang kelompok. Ada yang berasal dari kelompok learning centre, kelompok olahraga dan kelompok keterampilan seperti handycraft dan menjahit. 

Lokakarya ini diikuti sekitar 15 orang dengan trainer Taka Gani yang berasal dari Yayasan Karuna Bali. Materi lokakarya collaborative leadership  menurut Taka Gani, mengacu pada materi pelatihan Oxford  Collaborative Leadership dimana dimensi kapasitas yang dikuatkan antara lain; leadership inside out, authentic leadership, dan commitment to whole. Pada sesi pertama, peserta dengan difasilitasi trainer menggali area self

managing leadership (SML). Salah satu pokok bahasan yang menjadi ruang refleksi dalam SML pertama adalah refleksi pengalaman terburuk dan terbaik dalam 12 bulan terakhir dan apa pembelajaran yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Lewat refleksi ini, peserta diajak untuk mengetahui dan menggali kemampuan pribadi yang bisa dikembangkan untuk kepemimpinan pribadi yang lebih baik. 

 

Pada hari kedua, sesi lebih berfokus pada dinamika kelompok dengan membuka ruang pertemuan antara kelompok satu dengan yang lain. Trainer mengajak para peserta untuk melihat kembali aspek-aspek kunci collaborative leadership, yaitu leadership from the inside out, authentic relationship, dan commitment to the whole. Melalui aspek-aspek kunci tersebut, peserta merefleksikan permasalahan, kelemahan, dan kekuatan kelompok masing-masing dan melihat lebih dalam hal-hal apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dan tidak bisa dilakukan sendiri dalam diskusi kelompok. Setelah itu, sesi dilanjutkan dengan diskusi rencana tindak lanjut (RTL) kelompok kecil dan kelompok besar. Salah satu tindak lanjut yang disepakati bersama adalah adanya kolaborator meeting yang akan dilaksanakan di akhir bulan September 2022. Rangkaian collaborative leadership workshop diakhiri dengan pembagian sertifikat kepada peserta sebagai bentuk penghargaan waktu, komitmen, dan partisipasi peserta.

“Saya senang bisa jadi bagian dalam kegiatan ini. Bertemu dengan perwakilan kelompok lain sungguh berharga bagi saya. Saya belajar bagaimana setiap kelompok menghadapi masalah, mencari dan menemukan solusi bersama. Lokakarya ini menjadi pertemuan berharga untuk belajar mendengarkan, menghargai, dan menghormati orang lain. Saya akan mengubah cara pandang dan cara bersikap saya kepada murid-murid saya dan membagikan apa yang saya pelajari dari lokakarya ini kepada teman-teman saya di sekolah.”  – Marsha (bukan nama yang sebenarnya)

Baca lebih lanjut