Berbagi Ceria Saat Merayakan HUT RI Antara Warga dan Pengungsi.

21 September 2022|Daryadi Achmad

 

Berbagi ceria dan gembira,  barangkali itu  ungkapan untuk menggambarkan kemeriahan acara peringatan HUT RI ke-77 di desa Batulayang. Ada tiga RT yang bergabung yaitu: RT 01, RT 05 dan RT 06 dari RW 01.  Warga di tiga RT itu datang ke tanah lapang  di depan Vila Zacky  Kampung Cibeureum, Desa Batulayang. Hadir juga beberapa pengungsi Afghanistan untuk meramaikan acara tersebut. Mereka tampak antusias untuk ikut bermacam  lomba. 

Naajy, Rahim, Bahar, dan Aalim* yang  masih anak-anak,  antusias untuk ikut lomba tarik tambang yang digelar setelah makan siang. Dibantu juga Angga, anggota perkumpulan Suaka dari Jakarta untuk turut serta. Naajy tubuhnya tinggi lagi besar, ditambah Angga yang badannya juga besar.  Mereka menang dengan mudah di babak awal. Di babak selanjutnya, mereka kembali menang, meski Angga telah pulang, digantikan Pius, staf Proyek Community Empowerment JRS Bogor (Proyek CoEm) yang tak kalah kuat dibanding Angga,  Akhirnya tim pengungsi ini jadi juara pertama lomba tarik tambang tersebut.  

Di lomba lain, seperti balap dengan menggunakan bakiak beregu, Zaara, Saadiya, dan Faatin juga tampak  antusias, meski agak kaku menjalankan bakiak bertiga. Mungkin tidak biasa, dan baru pertama ikut acara seperti ini. Untunglah ada yang memberi tahu yaitu Ajeng dan Elis, juga dari Proyek CoEm. Ajeng dan Elis menjelaskan bagaimana gerakan menjalankan sandal bakiak bertiga. Akhirnya mereka pun menjadi juara ketiga.

Pada acara Peringatan HUT RI ke-77 di tingkat RT ini, sengaja JRS berupaya untuk mengundang para pengungsi agar hadir dan

merayakan bersama. Bahar yang rumahnya tak jauh dari lokasi perayaan itu datang bersama anak dan istrinya, kebetulan Bahar juga diminta untuk menyediakan makanan khas Afghanistan untuk snack di acara tersebut. Anak Bahar, Maahi dan Sadhvi juga tak ketinggalan untuk ikut lomba anak-anak, mewarnai gambar dan menjadi juara.  

Anak lelaki Zaara, Haadi juga ikut, namun tak menjadi juara. Haadi juga mengikuti fun game yang lain. Dia tampak  ceria ketika ikut melempar gelang untuk dapat minuman. Setiap peserta mesti dapat kartu antrian, biar tidak berebut. Panitia menyediakan 150 kartu, untuk melempar gelang tersebut. Bukan hanya anak-anak, banyak juga ibu-ibu dan laki-laki dewasa yang ikut. Tak terkecuali Ketua RT 01, Bpk Dadang, ikut melempar namun tak beruntung dimana gelangnya tak satupun yang  nyangkut di botol atau kotak  minuman yang dipajang. Sementara Haadi, anak Zaara, dari tiga gelang yang dilempar, satu gelang nyangkut di botol minuman Vitamin C. Setiap ada gelang yang nyangkut sorak-sorai penonton pun mengiringinya…horee.. horee... Pak Zainuddin, koordinator tim Case Management JRS Bogor, yang duduk di belakang minuman yang dipajang akan menggantikannya dengan minuman atau makanan yang lain. Begitulah kemeriahan pada peringatan HUT RI ke-77 di tingkat lingkungan 3 RT di Batulayang.  

Pada acara tersebut, selain mengenalkan para pengungsi, juga dikenalkan makanan dari khas Afghanistan, seperti Bolani (sejenis martabak), samboza (sejenis bakwan), Ghulapjamun (sejenis kue basah berbentuk bulat berasa manis) dan Donat Afgan. Sementara dari warga Batulayang  menyediakan makanan dan kudapan lokal, seperti kue bugis, risoles  dan juga makan siang, seperti nasi goreng, nasi ayam goreng dan lontong plus karedok. 

Faatin yang datang dengan anaknya Aalim juga merasa sangat senang dengan kegiatan ini, dia mengatakan kepada JRS. “Thank you for inviting us, we enjoyed a lot and thank you for the prize. I’m very excited.” (“Terima kasih telah mengundang kami, kami benar-benar menikmatinya dan terima kasih untuk hadiahnya. Kami sangat senang”). Itu kesan Fatima yang jadi juara 3 lomba bakiak beregu. 

Lain halnya dengan pengungsi Afghanistan  bernama Abhas*, anak muda yang sudah lancar berbahasa Indonesia maupun Sunda, dia tidak ikut lomba, namun dia bergabung dengan group panjat pinang untuk meraih hadiah yang digantung di puncak  tiang pohon pinang. Untuk meraih hadiah-hadiah di puncak tiang itu bukan perkara mudah, karena tiang itu telah dilimuri oli yang kotor dan licin. Abhas bergabung dengan 5 pemuda kampung lainnya. Meski sebelumnya tidak mengenal, tapi mereka bisa bekerja sama. Hanya ada satu yang dikenal yakni Pak Deden, karena sering ketemu saat Abhas beli gorengan di jalan Raya Puncak dekat rumahnya kontrakanya. Kesehariannya Pak Deden berjualan gorengan. Sedang dengan pemuda  yang lainnya Abhas sama sekali belum  kenal. Mungkin karena Abhas lancar berbahasa  Sunda jadi mudah untuk berinteraksi, dengan Jejen maupun Akram warga kampung tersebut yang jadi tim panjat pinang. Meski badannya harus kotor dan capai, Abhas mengaku senang bisa ikut meramaikan acara tersebut. 

Kisah-kisah di atas membuat kita berefleksi. Apa yang merekatkan kita sebagai sebuah  bangsa?  Sebagai satu kesatuan entitas yang terhubung dan terikat dengan beragam perbedaan, kita larut dalam keceriaan untuk merayakan Hari Ulang Tahun Republik ini, Barangkali salah satu  alasan yang memacu semangat itu  adalah adanya  collective memory  yang ditopang oleh seluruh rakyat sebagai bangsa yang merdeka dan kita setiap tahun  memperingatinya. Ya, collective memory ini perlu terus dipelihara, dengan perayaan yang jatuh setiap 17 Agustus sebagai Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, Hari Kemerdekaan, Hari Kebebasan. Meski kita tidak ikut dalam perjuangan kemerdekaan tersebut, namun kita selalu merasa gembira dan merasakan bagaimana rasanya menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang punya semangat untuk bersatu  dan itulah collective memory yang perlu terus dijaga sebagai sebuah bangsa. Dalam kemeriahan dan keceriaan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, masyarakat Batulayang, khususnya yang tinggal di RT 01, RT 05 dan RT 06 dalam wilayah RW 01 bisa berbagi dengan para pengungsi  yang tinggal di sekitar wilayah mereka. Para warga di tiga RT itu pun bisa bercanda dan tertawa dengan para pengungsi yang  jauh-jauh meninggalkan negerinya demi  mencari rasa aman dan kebebasan serta perlindungan untuk keberlangsungan hidupnya.  

*Semua nama pengungsi telah diganti untuk melindungi identitas mereka.

Baca lebih lanjut