Berenang mungkin adalah ketrampilan yang biasa bagi kita yang terbiasa liburan ke pantai, tinggal di dekat laut, atau pernah melatihnya di sekolah. Namun untuk pengungsi dari sebuah negara gersang yang tidak berbatasan dengan laut seperti Afghanistan, keterampilan berenang begitu istimewa. Kalau tidak bisa berenang, nyawa bisa terancam, seperti saat orang-orang Afghanistan terpaksa mengungsi dengan kapal atau perahu reyot yang terombang-ambing di laut.
Najib adalah seorang Hazara yang mengungsi dari Afghanistan ke Indonesia dan saat ini harus menunggu lama untuk mendapatkan kesempatan pemukiman ke negara ketiga. Sebelum sampai di Indonesia, ia tak tahu cara berenang. Sekarang Najib belajar dengan bantuan dari beberapa pelatih, yakni anak-anak setempat yang kerap ditemuinya di kolam renang. “Ketika berenang, saya lupa akan semua masalah saya sebagai pengungsi. Berenang membuat saya merasa lebih baik.”
Seringkali kita menganggap dukungan psikososial hanya bisa dilakukan oleh ahlinya. Tapi, seperti yang dikisahkan Najib, kunci menuju pikiran dan hati yang lebih sehat bisa datang dari orang-orang yang tak terduga, yang mungkin saja tidak menyadari kemampuan mereka sendiri untuk mengubah kehidupan.
Bahkan, anak-anak yang mengajari Najib berenang mungkin tidak menyadari sumbangan mereka terhadap kesehatan jiwa Najib. Mereka hanya melakukan satu hal (#Do1thing) yang terbukti cukup untuk menciptakan perubahan.