Sepuluh Tahun Cluster Munition Coalition (CMC)

13 November 2013|Sarah Blakemore, CMC Director

Hari ini, 13 November, menandai 10 tahun dimulainya Cluster Munition Coalition di Den Haag, Belanda, pada konferensi yang diselenggarakan oleh Pax Christi yang dihadiri oleh para pegiat kampanye dari seluruh dunia dengan misi untuk mengakhiri penderitaan dan jatuhnya korban akibat bom curah untuk selama-lamanya.

Menyusul kegagalan pembicaraan pemerintah dalam forum biasa untuk membahas isu-isu senjata, Norwegia meluncurkan sebuah inisiatif pada bulan Februari 2007, yang dikenal sebagai Proses Oslo. Dengan dukungan dari sejumlah pemerintah negara lain, inisiatif tersebut mendorong terjadinya negosiasi dan adopsi resmi terhadap perjanjian internasional yang melarang penggunaan bom curah, yakni Konvensi tentang Bom Curah, dalam Konferensi Diplomatik di Dublin pada bulan Mei 2008.

Cluster Munition Coalition (CMC) memainkan peran penting dalam mendorong perjanjian, yang mulai berlaku sebagai hukum internasional yang mengikat pada tanggal 1 Agustus 2010. Perjanjian ini melarang penggunaan, produksi, penimbunan dan pemindahan bom curah dan menuntut negara untuk membersihkan daerah yang terkena dampak dalam waktu 10 tahun dan untuk menghancurkan stok senjata dalam waktu delapan tahun serta berisi ketentuan baru yang menuntut pemberian bantuan bagi para korban dan masyarakat yang terkena dampak.

Sejak Konvensi mulai berlaku, CMC telah menjadi semakin kuat dan mencapai kemajuan yang berarti dalam memperkuat norma global yang mendukung larangan tersebut. Saat ini, seratus tiga belas Negara telah tergabung dalam perjanjian, 84 negara di antaranya merupakan Negara Pihak. Tujuh penandatangan telah meratifikasi konvensi tersebut pada tahun lalu, termasuk dua negara yang telah menggunakan bom curah (Chad dan Irak) dan satu negara penimbun bom curah (Peru). Sebagian besar dari 29 penandatangan yang tersisa sedang dalam proses untuk ratifikasi.

Telah ada kemajuan dalam proses penghancuran simpanan bom curah, pembersihan daerah yang terdampak dan pemberian bantuan bagi korban bom curah. Negara-negara penyimpan utama juga telah menunjukkan inisiatif bahwa mereka akan menyelesaikan penghancuran sebelum tahun tenggat waktu. Pada tahun 2012, lebih dari 59.171 peledak yang belum meledak dihancurkan selama proses pembersihan terhadap lahan seluas hamper 78 km persegi, 40% lebih luas daripada lahan yang dibersihkan pada tahun 2011.

Salah satu prestasi terbesar adalah terjadinya penurunan tetap jumlah korban baru akibat bom curah yang tercatat setiap tahun (sampai tahun ini) dan semakin sedikitnya jumlah bantuan yang diberikan kepada para korban. Dengan ratifikasi yang dilakukan oleh Irak pada bulan Mei 2013, hampir tiga perempat dari korban bom curah sekarang ini tinggal di Negara Pihak yang meratifikasi Konvensi. Negara-negara ini secara hukum berkewajiban untuk memastikan bahwa para korban mendapatkan bantuan yang memadai, termasuk mereka yang terbunuh atau terluka, serta keluarga mereka dan masyarakat yang terkena dampak.

Prestasi yang menonjol ini mengalami kemunduran pada tahun lalu, karena penggunaan bom curah di Suriah dan meningkatnya jumlah korban yang tercatat. Namun demikian, momentum yang kuat atas pelarangan secara keseluruhan dan hasil yang dicapai sejauh ini merupakan bukti kerja keras, dedikasi dan semangat dari pegiat CMC di seluruh dunia dan visi dari organisasi-organisasi pendiri sepuluh tahun yang lalu.

Selama dekade terakhir para pegiat CMC yang berasal dari 100 negara lebih telah bekerja bersama tanpa kenal lelah untuk mengembangkan advokasi nasional yang sangat berhasil dan mengkampanyekan strategi-strategi untuk memobilisasi pemerintah di seluruh dunia untuk bergabung dalam pelarangan dan mendorong kemajuan dalam pelaksanaan.

Penggunaan bom curah Suriah menegaskan mendesaknya dan pentingnya pekerjaan yang masih harus dilakukan untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh senjata-senjata yang mengerikan ini.