Menyelami Perjalanan Paroki Expat: Pelayanan Berbelarasa untuk Pengungsi di Jantung Jakarta
05 September 2025|Fahrian Saleh
Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, sekelompok umat menghidupi panggilan kasih dengan cara istimewa: hadir bagi sesama tanpa pandang bulu. Dengan semangat pelayanan, mereka kerap melibatkan diri membantu mereka yang termasuk dalam kelompok Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan, dan Difabel (KLMTD) — sebagai wujud nyata iman yang bekerja dalam kasih.
Mereka adalah Paroki Internasional Santo Petrus Canisius, atau lebih dikenal sebagai Paroki Expat, di bawah Keuskupan Agung Jakarta. Komunitas ini hadir untuk melayani umat Katolik internasional, termasuk para pengungsi luar negeri yang tinggal di jantung ibu kota.
“Paroki kami memang, dalam tanda kutip, rumah bagi orang asing. Cakupan kami berbeda dengan paroki lain karena fokusnya melayani ekspatriat di KAJ. Dari situlah kami terhubung dengan para refugee, yang pada dasarnya juga orang asing di Indonesia,” tutur Direktur Paroki Expat, Widya Handayani, saat ditemui Tim JRS usai pelayanannya di Jakarta, Sabtu (26/7).
Kisah ini bermula pada 2022, ketika pengurus Paroki Expat mengunjungi pengungsi Afghanistan di Kalideres, Jakarta Barat. Dari kunjungan sederhana itu, terjalin relasi yang kemudian mengalir alami—bukan hanya karena ingin membantu, tetapi karena panggilan untuk hadir dan berjalan bersama.
“Kami baru punya Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) awal 2023, tapi sebelum itu sudah melayani pengungsi bersama JRS. Waktu itu kami menyalurkan bantuan bahan pangan hasil kolekte World Food Day 2022 ke Kalideres. Saat launching PSE di awal 2023, kami mengundang JRS ke bazar paroki. Tujuannya juga untuk mengedukasi umat kami tentang fenomena pengungsi,” jelas Widya.
Sejak itu, interaksi demi interaksi terjalin. Tidak ada sekat atau jarak, hanya ketulusan untuk hadir, mendengarkan, dan berbagi kehidupan. Gaya komunikasi Widya yang santai membuat suasana hangat, penuh canda, dan jauh dari kesan formal. Bagi Widya dan komunitasnya, kebersamaan ini bukan sekadar pelayanan, melainkan ruang refleksi untuk selalu bersyukur dan menebar kebaikan.
“Kita sebagai orang Katolik diundang untuk peka. Di KAJ, istilahnya berbela rasa. Bayangkan jika kita yang menjadi pengungsi—terkatung-katung, kehilangan ketenteraman. Pasti kita juga berharap ada yang mau menolong. Indonesia memang negara transit, jadi kita akan berjumpa dengan para pengungsi yang sedang bergumul. Perjumpaan ini kesempatan berharga,” ujarnya.
Paroki Expat terus menapaki langkah kecil namun pasti dalam mendampingi komunitas pengungsi di sudut-sudut Jakarta. Bantuan materi hanyalah salah satunya. Kehadiran, pengertian, dan solidaritas nyata menjadi pilar pelayanan ini, semua dilakukan secara sukarela.
Inspirasi mereka bersumber dari Injil Matius 25:35–46: “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan…” Ayat ini menjadi arah pelayanan mereka, bukan sekadar kata, tetapi tindakan kasih nyata.
Widya mengajak semua pihak ikut serta membantu pengungsi, sekecil apa pun caranya. “Situasi dunia makin sulit, baik secara ekonomi maupun keamanan. Fenomena displaced people nyata adanya. Cobalah menerima kenyataan ini, lalu pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Tidak perlu hal besar, kalau punya keterampilan, talenta, atau pengalaman, bagikanlah. Pelatihan, kursus, atau berbagi waktu saja sudah berarti,” katanya.
Hingga 2025, Paroki Expat menaungi sekitar 200 keluarga dengan 16 pengurus. Tahun ini, mereka menggelar beberapa pop up store khusus pengungsi, menyediakan pakaian dan kebutuhan sehari-hari bagi mereka yang berasal dari Somalia, Iran, Ethiopia, dan Sudan.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama dengan Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta. Paroki Expat selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin terlibat, bukan hanya pengurus, tetapi juga umat Katolik lain yang peduli.
“Kalau kami terbuka, siapa pun bisa ikut. Namanya sukarela, umat membantu dengan cara masing-masing: berdonasi, mengangkut barang, atau hosting. Seperti hari ini, pop up store ini hasil donasi umat, lalu kami bagikan kepada para pengungsi,” pungkas Widya.