Dukungan Kesehatan untuk Hamida
20 Januari 2025
DI TENGAH tantangan sebagai pengungsi di Indonesia, seorang perempuan bernama Hamida Hussaini, 29 tahun, menghadapi cobaan yang tidak mudah. Sebelumnya, ia adalah seorang polisi di Afghanistan, namun harus meninggalkan tanah kelahirannya pada 2023 demi keselamatan dirinya. Hamida kini tinggal di Indonesia bersama suaminya, Ali Akbar Ahmadi, 39 tahun, yang juga seorang pengungsi asal Afghanistan. Ali Akbar telah berada di Indonesia sejak 2014 dan berada di bawah dukungan IOM Surabaya. Setelah menikah, pasangan ini memutuskan untuk tinggal di Jogiogan, Cilember, berbagi rumah dengan keluarga Afghanistan lainnya yang memiliki dua anak.
Meskipun menerima bantuan bulanan dari IOM, pasangan ini merasa bahwa jumlah tersebut tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua. Selain itu, Hamida mengalami masalah kesehatan yang cukup serius. Setiap kali menstruasi, ia merasakan nyeri perut yang luar biasa dan sering pingsan. Karena keterbatasan biaya, ia hanya mengandalkan obat pereda nyeri tanpa resep, yang sayangnya tidak memberikan dampak signifikan.
Melihat kondisi tersebut, JRS Bogor memberikan dukungan kesehatan kepada Hamida mulai Mei hingga Juli 2024. Dengan pendampingan dari JRS, Hamida berkonsultasi dengan dokter kandungan di RSUD Ciawi, termasuk menjalani pemeriksaan USG dan tes radiologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia menderita mioma dengan ukuran sekitar 6-8 cm. Dokter kandungan yang menangani menyarankan konsultasi lebih lanjut dengan spesialis senior untuk menentukan langkah pengobatan terbaik.
Di tengah proses ini, seorang dermawan dari luar negeri yang mengenal Hamida menghubungi JRS Bogor. Tanpa menyebutkan identitasnya, ia menawarkan bantuan finansial untuk pengobatan Hamida.
JRS menyambut baik tawaran ini dan berkomitmen untuk memberikan laporan perkembangan selama maksimal tiga bulan. Biaya total pengobatan sebesar IDR 9.370.073,79 akan diganti oleh dermawan tersebut.
Setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis senior, operasi menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi mioma tersebut. Namun, ada risiko: jika mioma melekat pada rahim, ada kemungkinan rahim harus diangkat. Setelah berdiskusi, Hamida dan suaminya setuju untuk menjalani operasi. Operasi dilakukan pada akhir Juli 2024 dan berjalan sukses. Dokter berhasil mengangkat mioma tanpa merusak rahim. Ukuran mioma ternyata jauh lebih besar dari hasil pemeriksaan awal, dengan diameter mencapai 20 cm. Hamida dirawat di rumah sakit selama empat hari dan pulih dengan cepat. Kini, ia berada dalam kondisi yang jauh lebih baik.
“Kami sangat berterima kasih pada JRS staf dan juga pihak-pihak yang membantu keluarga kami. Khususnya pada tim case management yang selalu mendampingi dan menemani kami, termasuk juga interpreter Sister Bibi Rahima yang selalu menemani kami di rumah sakit dan membantu kami berkomunikasi“.
Kisah Hamida adalah gambaran nyata dari perjuangan seorang pengungsi dalam menghadapi tantangan hidup, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Dengan dukungan JRS dan bantuan dari berbagai pihak, Hamida mendapatkan kesempatan untuk memulai kembali hidupnya dengan lebih baik. Perjalanan ini juga menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dalam mendampingi mereka yang terpinggirkan.
Jesuit Refugee Service Indonesia berkomitmen untuk terus menemani para pengungsi seperti Hamida, menyalakan harapan dan dukungan yang nyata di tengah situasi yang penuh ketidakpastian.
Kunjungi laman ini untuk melihat beberapa cara mendukung para pengungsi dan orang-orang yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka: idn.jrs.net/id/aksi