Ajakan Refleksi untuk Mencegah Kekerasan dan Pengungsian di Masa Krisis Nasional

05 September 2025

Ajakan Refleksi untuk Mencegah Kekerasan dan Pengungsian

di Masa Krisis Nasional

Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia menyampaikan solidaritas, rasa duka dan keprihatinan mendalam atas demonstrasi dan kondisi yang terjadi baru-baru ini di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia. Kami berduka atas hilangnya nyawa, cedera luka, rasa takut dan ketidakstabilan yang telah menyentuh banyak komunitas.

Sebagai institusi berbasis Katolik, kami bergabung dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam menegaskan bahwa:

  • Aksi damai adalah bagian sah dari kehidupan demokrasi dan cara penting bagi warga untuk menyuarakan aspirasi mereka.
  • Semua lembaga pemerintah harus dengan rendah hati untuk lebih mendengarkan dan memperjuangkan harapan dan kepentingan masyarakat, terutama saudara-saudari kita yang rentan, miskin, dan mengalami ketidakadilan. Pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan yang merugikan kesejahteraan masyarakat dan bertindak secara transparan serta akuntabel.
  • Aparat keamanan harus melindungi dan  benar-benar menjadi pengayom bagi semua warga serta selalu mengedepankan cara-cara humanis dalam menghadapi aksi massa demonstrasi dengan pendekatan yang manusiawi dan proporsional.
  • Menyampaikan terima kasih kepada semua pribadi, organisasi, dan institusi yang dengan tulus dan lurus memperjuangkan kebaikan dan kebenaran dengan cara-cara yang santun dan damai sesuai nilai-nilai Pancasila
  • Semua warga dipanggil untuk menjaga persatuan, menolak provokasi, dan menyampaikan pendapat dengan cara yang menghormati martabat manusia dan kepentingan bersama.

Kami juga menguatkan keprihatinan yang disampaikan oleh masyarakat sipil dan organisasi hak asasi manusia, yang mengingatkan bahwa:

  • Penggunaan kekerasan berlebihan, penangkapan sewenang-wenang, atau intimidasi terhadap mahasiswa, pengunjuk rasa, tenaga medis, atau jurnalis melanggar kebebasan fundamental dan berisiko memperdalam kerusakan sosial.
  • Akuntabilitas, investigasi independen, dan perlindungan ruang sipil sangat penting untuk membangun kembali kepercayaan dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
  • Dialog dan keadilan adalah jalan berkelanjutan menuju perdamaian.

Sebagai organisasi kemanusiaan yang mendampingi orang-orang yang terpaksa mengungsi, JRS sangat prihatin bahwa ketidakstabilan politik dan kebijakan yang tidak adil dapat menimbulkan alasan bagi pengungsian. Kondisi tersebut dapat memaksa orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka, terbatasnya akses ke pelayanan dasar, dan peningkatan risiko bagi mereka yang sudah rentan. Lebih lanjut, para pengungsi dari luar negeri dan pencari suaka, yang bergantung pada keselamatan dan stabilitas di komunitas tempat mereka tinggal, juga sangat rentan di masa kerusuhan.

Sejarah Indonesia mengingatkan kita bahwa saat-saat krisis politik dan sosial, jika tidak ditangani dengan kebijaksanaan, niat politik yang tulus, dan tanggung jawab, dapat berkembang menjadi kekerasan yang menargetkan kelompok tertentu, baik berdasarkan etnis, agama, maupun afiliasi politik. Luka mendalam yang ditinggalkan oleh kekerasan tersebut merobek komunitas dan menciptakan gelombang pengungsian yang besar. Oleh karena itu, kami menghimbau semua pemimpin institusi, aparat penegak hukum, dan warga untuk memastikan tantangan saat ini dihadapi dengan keadilan, mawas diri, dan dialog — yang dipandu oleh belas kasih, keadilan, dan perlindungan martabat setiap orang, bukan diskriminasi atau persekusi.

JRS Indonesia tetap teguh dalam misi kami untuk menemani, melayani, dan membela hak-hak orang yang terpaksa mengungsi, sambil turut berjalan bersama rakyat Indonesia dalam mencari solusi yang adil dan damai bagi salah satu momen sulit dalam sejarah bangsa ini.

Yogyakarta, 1 September 2025

Martinus Dam Febrianto, SJ

Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia

 

An Appeal to Prevent Violence and Displacement in Times of National Tension

Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia expresses our deep concern over the recent demonstrations and unrest in Jakarta and several other cities across Indonesia. We grieve for the lives lost, the injuries suffered, and the fear and instability that have touched so many communities.

As a Catholic institution, we join the The Indonesian Catholic Bishops’ Conference (KWI) in affirming that:

  • Peaceful assembly is a legitimate part of democratic life and a vital way for citizens to voice their aspirations.
  • All branches of government must listen with humility to the people, reconsider policies that harm social welfare, and act transparently and accountably.
  • Security forces must protect—not harm—the people, managing public demonstrations with humane and proportionate approaches.
  • All citizens are called to safeguard unity, reject provocation, and express opinions in ways that respect human dignity and the common good.

We also echo the concerns raised by civil society and human rights groups, which remind us that:

  • Excessive use of force, arbitrary arrests, or intimidation against peaceful students, protesters, or journalists violate fundamental freedoms and risk deepening public harm.
  • Accountability, independent investigations, and protection of civic space are essential to rebuild trust and prevent further violence.
  • Dialogue and justice—not repression—are the sustainable paths to peace.

As a humanitarian organization accompanying people who are forcibly displaced, JRS is deeply concerned that periods of instability and unjust policies can generate new displacement within a country, uprooting families from their homes, disrupting access to essential services, and increasing risks for those already vulnerable. Further, refugees and asylum seekers, who depend on safety and stability in their host communities, are particularly vulnerable in times of unrest.

Indonesia’s history reminds us that moments of political and social crisis, if not addressed with wisdom, good political will, and responsibility, have, in the past, escalated into targeted violence against particular groups, whether defined by ethnicity, religion, or political beliefs. The deep wounds left behind by such violence tear apart communities and create massive waves of displacement and suffering. We therefore call on all leaders, institutions, law enforcement and citizens to ensure that today’s challenges are met with justice, restraint, and dialogue — guided by compassion, fairness, and the protection of every person’s dignity, never by discrimination or persecution.

JRS Indonesia remains steadfast in our mission to accompany, serve, and advocate for forcibly displaced people, while standing with the people of Indonesia in seeking a just and peaceful resolution to this difficult moment in our nation’s history.

Yogyakarta, 1 September 2025

Martinus Dam Febrianto, SJ

Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia